Gerakan
Non-Blok (GNB) adalah merupakan suatu organisasi internasional yang terdiri
dari lebih dari 100 negara-negara yang tidak menganggap dirinya beraliansi dengan
atau terhadap blok kekuatan besar apapun. Organisasi Gerakan Non-Blok
muncul di tengah persaingan dua kekuatan besar dunia, yaitu Blok Barat dan Blok
Timur. Persaingan kedua blok terjadi pada masa perang dingin.
Blok Barat adalah sebuah istilah untuk menyebutkan
negara-negara yang menganut ideologi liberalis. Ideologi liberalis artinya
adalah paham yang bersifat bebas atau berpandangan luas. Pada masa perang
dingin, istilah ini digunakan untuk menyebutkan negara-negara yang beraliran
paham liberalis yang idealnya adalah Amerika Serikat beserta sekutunya. Mungkin
dikarenakan kebanyakan negara beraliran liberalis merupakan negara barat
makanya dikenal-lah istilah blok barat.
Blok Timur adalah sebuah istilah untuk menyebutkan negara-negara
yang menganut ideologi Komunisme. Ideologi Komunisme artinya adalah paham yang
politik yang menganut ajaran Karl Marx dan Fredrich Engels, yang mana ingin
menghapuskan hak milik perseorangan kemudian menggantikannya menjadi hak
bersama yang dikelola oleh negara.
Berdirinya GNB dilatarbelakangi oleh faktor-faktor sebagai berikut:
- Munculnya
dua blok yaitu Blok Barat dan Blok Timur yang bersaing untuk memperebutkan
pengaruh dunia internasional. Blok Barat diikat dalam suatu pertahanan
yang bernama NATO (North Atlantic Treaty Organization), sedangkan Blok
Timur terikat dalam Pakta Warsawa.
- Adanya
kecemasan negara-negara yang baru saja mencapai kemerdekaannya. Mereka
merasa cemas karena persaingan antara blok adidaya tersebut.
- Adanya
Dokumen Brioni yang merupakan pernyataan dari presiden Josep Broz Tito
(Yugoslavia). Perdana Menteri Jawaharlal Nehru (India), dan Presiden Gamal
Abdul Nasser (Mesir) tahun 1956 di Pulau Brioni, Yugoslavia. Dokumen
tersebut memuat prinsip-prinsip dasar untuk mempersatukan gerakan
NonBlok.
- Adanya
pertemuan lima orang negarawan NonBlok di markas besar PBB dalam sidang
Umum PBB ke-15 tahun 1960, kelima orang negarawan tersebut adalah sebagai
berikut.
- Presiden Sukarno, dari
Indonesia
- PM Jawaharlal Nehru, dari India
- Presiden Gamal Abdul Naser, dari
RPA/Mesir
- Presiden Kwame Nkrumah, dari Ghana.
- Presiden Josep Broz, dari
Yugoslavia
Mereka ini kemudian dikenal sebagai
pendiri Gerakan NonBlok
- Terjadinya
krisis Kuba tahun 1961. Krisis ini terjadi karena Uni Soviet membangun
pangkalan rudal di Kuba secara besar-besaran. Amerika Serikat merasa
terancam dan memprotes tindakan Uni Soviet tersebut. Situasi dunia menjadi
tegang, hal ini mendorong negara-negara Non Blok untuk segera
menyelenggarakan KTT NonBlok.
Tujuan Gerakan NonBlok semula adalah
meredakan ketegangan dunia sebagai akibat pertentangan antara Blok Barat dan
Blok Timur. Dalam perkembangannya tidak hanya terbatas pada usaha perdamaian
saja, tetapi juga berkaitan dengan hak asasi manusia, ekonomi dan hubungan
antarbangsa. Adapun tujuan Gerakan NonBlok dapat dirinci sebagai berikut.
1. Berkaitan dengan Perdamaian Dunia
a.
Mengusahakan
terwujudnya perdamaian dunia dan hidup bergampingan secara damai.
b.
Menyelesaikan
persengketaan antarbangsa secara damai.
c.
Mengusahakan
tercapainya perlucutan senjata secara menyeluruh.
d.
Menolak adanya
persekutuan militer.
e.
Menolak adanya
pangkalan asing dan pasukan asing di suatu negara.
2. Berkaitan dengan Hak Asasi Manusia Menentang
kolonialisme, rasialisme, dan apartheid.
3. Berkaitan dengan Ekonomi
3. Berkaitan dengan Ekonomi
- Memperjuangkan kemerdekaan di bidang ekonomi dan kerja sama atas dasar persamaan derajat bagi keuntungan bersama.
- . Mengusahakan terwujudnya kerja sama negara-negara maju dan negara-negara
4. Berkaitan dengan Hubungan Antarbangsa
a. Mengusahakan hubungan antarbangsa
secara demokratis.
b. Memelihara dan meningkatkan
persatuan negara-negara Non Blok
Indonesia sangat berperan penting dalam
GNB, beberapa peran penting yang dilakukan Indonesia adalah sebagai berikut:
- Presiden
Soekarno adalah satu dari lima pemimpin dunia yang mendirikan GNB.
- Indonesia
menjadi pemimpin GNB pada tahun 1991. Saat itu, Presiden Soeharto terpilih
menjadi ketua GNB. Sebagai pemimpin GNB, Indonesia sukses menggelar KTT X
GNB di Jakarta.
- Indonesia
juga berperan penting dalam meredakan ketegangan di kawasan bekas
Yugoslavia pada tahun 1991.
GNB mempunyai arti yang khusus bagi
bangsa Indonesia yang dapat dikatakan lahir sebagai negara netral yang tidak
memihak. Hal tersebut tercermin dalam pembukaan UUD 1945 yang menyatakan bahwa
“kemerdekaan adalah hak segala bangsa, dan oleh sebab itu maka penjajahan
diatas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan
perikeadilan”.
Selain itu, diamanatkan pula bahwa
Indonesia ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan perdamaian abadi
dan keadilan sosial. Sesuai dengan politik luar negeri yang bebas aktif,
Indonesia memilih untuk menentukan jalannya sendiri dalam upaya membantu
tercapainya perdamaian dunia dengan mengadakan persahabatan dengan seluruh
bangsa.
Sebagai implementasi dari politik luar
negeri yang bebas aktif itu, selain sebagai salah satu negara pendiri GNB,
Indonesia juga senantiasa setia dan komitmen pada prinsip-prinsip dan aspirasi
GNB. Pada masa itu, Indonesia telah berhasil membawa GNB untuk mampu menentukan
arah dan secara dinamis menyesuaikan diri pada setiap perubahan yang
terjadi.
- KTT Non blok I di Beograd (Yugoslavia), 1-6 September 1961.
- KTT Non blok II di Kairo (Mesir), 5-10 Oktober 1964.
- KTT Non blok III di Lusaka (Zambia), 8-10 September 1970.
- KTT Non blok IV di Aljir (Aljazair), 5-9 Agustus 1973.
- KTT Non blok V di Kolombo (Srilanka). 16 – 19 Agustus 1976.
- KTT Non blok VI di Havana (Kuba), 3-9 September 1979.
- KTT Non blok VII di New Delhi (India), 7-12 Maret 1983.
- KTT Non blok VIII di Harare (Zimbabwe), 1-6 September 1986.
- KTT Non blok IX di Beograd (Yugoslavia), 4-7 September 1989.
- KTT Non blok X di Jakarta (Indonesia), 1-6 September 1992.
- KTT Non blok XI di Cartagena (Kolombia), 16 – 22 Oktober 1995.
- KTT Non blok XII di Durban (Afrika Selatan), 28 Agustus – 3 September 1998.
Adapun
prinsip-prinsip GNB yaitu :
a. Berpihak
terhadap perjuangan anti kolonialisme;
b. Menolak
untuk ikut serta dalam berbagai aliansi militer;
c. Menolak
aliansi bilateral terhadap negara berkekuatan suore (super power country);
d. Tidak
memihak terhadap blok barat maupun blok timur;
e. Menolak
pembangunan pangkalan militer oleh negara adidaya di wilayahnya masing-masing.
Pelaksanaan KAA I Bandung dipandang
sebagai pendahulu untuk berdirinya GNB. Konferensi itu telah mampu menghasilkan
prinsip-prinsip Perdamaian dalam bentuk kerjasama internasional, kebebasan atau
kemerdekaan, serta hubungan antar bangsa dan negara yang diperlukan untuk
kesejahteraan hidup manusia.
GNB didirikan berdasarkan prinsip-prinsip dasar Dasa Sila Bandung.
Substansi Dasa Sila Bandung berisi tentang “pernyataan mengenai dukungan bagi
kedamaian dan kerjasama dunia”. Dasa Sila Bandung memasukkan prinsip-prinsip
dalam piagam PBB dan prinsip Nehru, yaitu sebagai berikut:
a. Menghormati
hak-hak dasar manusia (HAM) dan tujuan serta asas-asas dalam piagam PBB.
b. Menghargai
kedaulatan dan integritas territorial semua bangsa.
c. Mengakui
persamaan ras dan semua suku bangsa.
d. Tidak
melakukan intervensi atau campur tangan masalah pribadi negara lain.
e. Menghormati
hak setiap bangsa untuk mempertahankan diri secara individual atau kolektif
sesuai dengan piagam PBB.
f. Tidak
menggunakan peraturan diri pertahanan kolektif untuk bertidak dalam kepentingan
salah satu negara besar.
g. Tidak
melakukan tekanan terhadap orang lain.
h. Tidak
melakukan tindakan atau ancaman agresi atau penggunaan kekerasan terhadap
integritas territorial atas kemerdekaan politik suatu Negara.
i. Menyelesaikan segala konflik
internasional dengan jalan damai, seperti perundingan, persetujuan, arbitrase
atau penyelesaian hukum dengan cara damai lain menurut pilihan pihak-pihak yang
bersangkutan sesuai dengan piagam PBB.
j.
Memajukan kepentingan bersama dengan
kerjasama Internasional.
k. Menghormati
hukum dan kewajiban-kewajiban Internasional.
Dalam KTT GNB mencari perdamaian yang
berkelanjutan melalui pemerintah global dan mewujudkan adanya rasa optimisme
bahwa GNB dapat memainkan peran yang sangat penting dalam mempromosikan
perdamaian dan stabilitas. Pentingnya GNB terletak pada kenyataan bahwa GNB
merupakan gerakan Internasional terbesar kedua, setelah Perserikatan
Bangsa-bangsa (PBB)
1. Dampak GNB terhadap Kehidupan Sosial Negara
Berkembang
GNB
dapat mewujudkan eratnya hubungan kerjasama antara negara satu dengan negara
yang lain. GNB juga berupaya untuk melestarikan lingkungan hidup, yaitu
mengurangi pencemaran terhadap air, udara dan tanah dan perusakan hutan.
Sehingga meningkatkan kesejahteraan bagi negara berkembang.
2. Dampak GNB terhadap Kehidupan Ekonomi
Negara Berkembang
Kerjasama
antara anggota-anggota GNB dapat memiliki dampak positif pada situasi ekonomi
dunia. Dengan menciptakan tata hubungan ekonomi Internasional yang masih
seimbang, dan memperluas partisipasi negara-negara berkembang dalam proses
pengambilan keputusan mengenai masalah-masalah ekonomi dunia. GNB membuat
negara-negara anggota Non-Blok berjalan lancar tanpa hambatan. Jadi GNB ini
meningkatkan program kearah tata ekonomi dunia.
3. Dampak GNB terhadap Kehidupan Politik
Negara Berkembang
KTT
GNB I mencetuskan prinsip politik bersama, yaitu bahwa politik berdasarkan
koeksistensi damai, bebas blok, tidak menjadi anggota pasukan militer dan
bercita-cita melenyapkan kolonialisme dalam segala bentuk dan manifestasi. GNB
juga membantu Afrika Selatan dalam menghapus politik Apartheid.
Gerakan
Non-Blok (GNB) adalah merupakan suatu organisasi internasional yang terdiri
dari lebih dari 100 negara-negara yang tidak menganggap dirinya beraliansi dengan
atau terhadap blok kekuatan besar apapun. Tujuan
Gerakan NonBlok semula adalah meredakan ketegangan dunia sebagai akibat
pertentangan antara Blok Barat dan Blok Timur. Dalam perkembangannya tidak
hanya terbatas pada usaha perdamaian saja, tetapi juga berkaitan dengan hak
asasi manusia, ekonomi dan hubungan antarbangsa. Negara – Negara yang terabung
kedalam Gerakan Non –Blok ( GNB) bahu-mambahu menentang imperialisme,
kolonialisme, neo-kolonialisme, apartheid, zionisme, rasisme dan segala bentuk
agresi militer, pendudukan, dominasi, interferensi atau hegemoni dan menentang
segala bentuk blok politik. Mereka merepresentasikan 55 persen penduduk dunia
dan hampir 2/3 keangotaan PBB.
SUMBER